Thursday, June 26, 2008

Memberi Suap atau Tidak Makan !

Suap dalam mencari proyek atau mark up harga demi mendapatkan proyek adalah sebuah kondisi yang ’dianggap wajar’ di republik tercinta ini, sebuah kondisi yang sangat mengkhawatirkan.

Sungguh ini merupakan ujian yang berat bagi kita para pengusaha muslim, apakah kita yakin bahwa rezeki kita ditentukan oleh Allah Ta’ala atau ditentukan oleh pejabat tersebut ? Siapa yang lebih berkuasa ? Allah atau manusia ?

Jika kita yakin bahwa kalau kita tidak memberikan suap maka bagaimana bisa mendapatkan rezeki ? maka berarti kita yakin bahwa Allah Ta’ala bukan penentu rezeki bagi hambanya. Maka jika demikian, Allah akan membenarkan keyakinan kita, karena Allah beserta sangkaan hambanya!

Katakanlah: “Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah”, dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.” QS. Saba’:24

“Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” QS. Ali ‘Imran:37

Sayang kebanyakan dari kita menyetujui konsep pedagang yang selama ini sudah putus asa, mereka yang punya keyakinan “jangankan cari rezeki halal, yang haram saja sulit” atau “kalau tidak begini bagaimana bisa cari uang?”

Ini ujian kehidupan, bersabarlah! dengan sabar terhadap larangan Allah, maka insyaAllah akan diganti dengan rezeki yang halal yang berlimpah.

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” QS. Ath Thalaaq:2-3

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu , ia berkata : “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melaknat yang memberi suap dan yang menerima suap”.[HR At-Tirmidzi, 1/250; Ibnu Majah, 2313 dan Hakim, 4/102-103; dan Ahmad 2/164,190. Syaikh Al-Albani berkata,”Shahih.” Lihat Irwa’ Ghalil 8/244]

Banyak yang sudah membuktikan, bahwa dengan menolak budaya suap dalam mencari proyek atau mark up harga, maka Allah akan membukakan jalan keluar serta rezeki yang jauh lebih baik dari nilai proyek2 tersebut (yang ada bumbu suap didalamnya). Memang diawalnya berat, tapi dengan kesabaran dan bersunguh-sungguh dalam berikhtiar (istiqomah) insyaAllah waktunya pasti datang.

Sekali lagi hindarilah suap atau markup harga tersebut, karena suap atau markup harga dalam mendapatkan proyek dapat diartikan bekerjasama dalam kemaksiatan dan pelanggaran.

“Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertawaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya”. QS. Al-Ma’idah : 2

Ada banyak jalan keluar yang diberikan Islam untuk mendapatkan rezeki halal, bekerja bersungguh - sungguh, banyak berbuat baik kepada manusia, bersodaqoh, istighfar, silaturahmi, zakat, haji, merupakan pintu-pintu pembuka rezeki yang banyak… bukan dengan suap, markup harga, riba dan tipu muslihat.

Memang tidak dapat dipungkiri secara akal manusia yang jahil ini bahwa peluang untuk mendapatkan sebuah proyek akan jauh lebih besar jika kita menjalankan aksi suap tsb. Tapi ingat, kita berbisnis bukan untuk cari proyek tapi cari rezeki yang halal dan kebahagian dunia akhirat!!

Rezeki jangan dilihat dalam bentuk uang/harta semata, ketenangan batin, anak-anak yang soleh, istri yang solehah, kesehatan, dsb… adalah rezeki yang lebih berharga daripada uang yang melimpah. Jadi untuk apa harta melimpah tapi batin tersiksa, anak yang durhaka, mati bunuh diri, masuk neraka, dst… befikirlah wahai pengusaha muslim, jika Anda ingin dirahmati Allah Ta’ala dan ingin bahagia dunia akhirat.

Friday, June 20, 2008

Pilih Dunia Atau Akhirat?

Pilih Dunia Atau Akhirat?

“Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.”

(Surat Ali ‘Imraan / Keluarga Imran Ayat 152)

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.”

(Surat Huud / Nabi Hud -Alahis Salam Ayat 15-16).

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi),
maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.“

(Surat Al-Israa’ / Memperjalankan Di Malam Hari Ayat 18-19)

“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat
akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.“

(Surat Asy-Syuuraa / Musyawarah Ayat 20)

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: “Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah (yaitu suatu pemberian yang diberikan kepada perempuan yang telah diceraikan menurut kesanggupan suami)dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.
Dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan RasulNya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.“

(Surat Al-Ahzaab / Golongan-golongan Yang Bersekutu Ayat 28-29)

Oleh : Ustadz Abdullah Hadrami

Sunday, June 15, 2008

Miskin dan Kaya

Miskin dan Kaya

Oleh Fery Ramadhansyah

Ada seorang pria sedang makan ayam panggang bersama isterinya. Di tengah menikmati makanan tersebut, seorang pengemis menghampiri mereka. Karena merasa terusik, dengan nada menghardik pria tadi mengusir si pengemis. Hari pun berganti, hingga satu ketika pria tersebut jatuh miskin. Dan ia pun menceraikan isterinya.

Setelah dicerai, lalu mantan isterinya menikah dengan pria lain. Saat menikmati ayam panggang di rumah bersama suaminya, tiba-tiba terdengar ketukan dari luar. Ada pengemis yang meminta-meminta. Lalu suaminya menyuruh agar memberinya ayam yang mereka makan. Isteri pun keluar, dan memberi ayam itu kepada pengemis. Ternyata pengemis itu adalah mantan suaminya. Ia kembali masuk rumah sambil menangis. Kemudian ia memberitahukan pada suaminya bahwa pengemis di luar adalah mantan suaminya. Diceritakannya bagaimana dulu mantan suaminya tersebut mengusir pengemis. Lalu suaminya berkata: apa yang kamu herankan, demi Allah pengemis yang dulu itu adalah aku sendiri.

Kisah di atas adalah salah satu contoh kehidupan. Roda kehidupan akan berputar seiring dengan bergantinya waktu. Hidup tak selamanya tetap karena ia akan berubah dari masa ke masa. Satu masa ia berada di atas dan di masa yang lain ia akan berada di bawah. “Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)”QS:3:140

Oleh karenanya, saat keberhasilan berpihak kepada kita hendaknya tidak memandang rendah yang lain dan tidak pula mengejeknya. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)”.QS:49:11

Tidaklah seseorang yang memiliki harta lebih kecuali itu amanah yang dititipkan Allah. “dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu” QS:24:33. sebab dalam harta kita ada hak yang harus diberikan kepada yang membutuhkan.

Maka beruntunglah orang yang menyadari siklus kehidupan ini dengan senantiasa mengingat Allah. Saat ia ditimpa musibah, tidak berkeluh kesah dan saat diberi nikmat ia tidak kikir. Karena ia yakin di balik kesukaran terdapat kemudahan. Allah swt berfirman: “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” QS. 94:5

Sumber : Era Muslim

Saturday, June 07, 2008

Hati yang Sempit dan Tidak Tenang

Untuk sukses dalam kehidupan, diperlukan pikiran yang jernih dan jiwa yang tenang. Berbagai kompleksitas usaha dan segala kesulitannya akan mudah diselesaikan dengan pikiran dan jiwa yang tenang. Bagaimana bisa membuat perencanaan bisnis dengan baik, memimpin dengan adil dan penuh kebijakan jika hati kita sesak dan sempit ?

Jika kita merasakan hidup ini sempit dan tidak tenang, selalu bingung dan penuh keraguan, ada baiknya kita introspeksi diri dan memperhatikan firman Allah Ta'ala berikut ini :

"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". QS.Thaha 124

Tafsir ayat ini menurut Ibnu Kathir adalah : "Yakni sempit di dunia, sehingga tidak ada ketenangan dan kelapangan di dalam dadanya. Dadanya terasa sempit dan menyesakkan karena kesasatannya. Meskipun secara lahiriyah ia merasa senang, dapat berpakaian sekehandak hatinya, makan dan bertempat sesukanya, tetapi selama hatinya tidak tulus menerima keyakinan dan petunjuk, niscaya ia berada dalam kegoncangan, kebimbangan dan keraguan, dan ia akan terus dalam keraguan. Yang demikian itu merupakan bagian dari sempitnya kehidupan."

"Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman..." QS At-Taubah : 26

"Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" QS. Al-Fath :4

Sehingga solusi yang terbaik menurut Allah Ta'ala adalah dengan mengikuti petunjuk-Nya, jangan berpaling dari peringatan-Nya. Jadilah orang yang bertakwa sebaik mungkin dan semampu kita.

"...bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."
QS. Al-Baqarah : 189

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku."
QS. Al-Fajr 27-30